4/14/2010

Rotterdam, Kota yang (Seharusnya) Tenggelam

Yangki Imade Suara*

Tulisan ini adalah bagian dari tulisan untuk kompetisi blog Kompetiblog Studi di Belanda 2010 yang diadakan oleh Nuffic Neso Indonesia dengan tema “Dutch innovation, in my opinion”.

Berbicara tentang Belanda, kita tidak akan pernah melupakan inovasi-inovasi unik yang kemudian menjadi simbol dari berbagai seni dan arsitektur dunia. Beberapa tulisan sebelumnya di kategori Peserta Kompetiblog Studi di Belanda 2010 memfokuskan tulisan di bidang arsitektur dan juga bidang yang berhubungan dengan lingkungan khususnya tentang air.

Di tulisan ini, penulis akan membahas tentang inovasi yang dilakukan oleh sebuah kota yang bernama Rotterdam.

Rotterdam adalah kota yang terletak di bagian barat Belanda dan termasuk ke dalam provinsi Zuid Holland [1]. Rotterdam termasuk kota kedua terbesar di Belanda setelah Amsterdam dimana berdasarkan data penduduk tahun 2008, Rotterdam memiliki penduduk sebanyak 589,615 orang sedangkan Amsterdam memiliki penduduk sebanyak 762,057 orang [2].

Wilayah negara Belanda, 55% nya berada di bawah permukaan laut. Titik terendah di Belanda terletak di sebelah timur pusat Kota Rotterdam dimana mencapai sekitar 7cm di bawah laut dan daerah dataran rendah itu dilindungi oleh tanggul untuk menghadang naiknya air ke dalamnya.  Hal ini membuat Kota Rotterdam sangat sensitif terhadap badai, banjir dan kenaikan air laut.

Untuk melindungi kota dari kenaikan permukaan air laut dan banjir, pada akhir tahun 1990-an pemerintah kota membangun Maeslantkering, yaitunya dua gerbang besar yang bisa dibuka tutup dengan total panjangnya 600 meter dan ukurannya sebesar Menara Eifel. Ini merupakan salah satu rekor sturuktur bergerak terbesar di Bumi. Berikut gambar bergeraknya yang menggambarkan proses buka tutup Maeslantkering.

Maeslantkering Design [3]
Setelah selesai dibangun, gambar berikut ini menggambarkan bagaimana Maeslantkering ketika sedang dibuka dan ketika sedang ditutup.

Maeslantkering terbuka [4]

Maelantkering tertutup [4]
Dengan biaya pembangunan mencapai US$ 700 juta untuk satu bagiannya, atau totalnya mencapai US$ 1,400 juta dan seperti yang ditulis di atas, bahwa besarnya mencapai sebesar Menara Eifel. Berikut gambar rangkanya.

Rangka [4]
Setara dengan Menara Eifel [4]
Bandingkan tinggi para pekerjanya dengan tinggi rangkanya [4]
Maeslantkering akan menutup secara otomatis ketika tingkat air diperkirakan naik sekitar tiga meter di atas normal. Berdasarkan perkiraan dan deteksi para ahli air Belanda, ini akan terjadi setiap 10 tahun sekali dan setelah tahun 2050 akan terjadi setiap lima tahun sekali.

Berikut videonya di Youtube:





Untuk pertama kalinya semenjak dibangun, Maeslantkering resmi ditutup untuk pertama kalinya di bulan November 2007 ketika terjadi banjir yang secara otomatis membuat Maeslantkering menutup kota Rotterdam dari ancaman banjir.

Dengan titik terendah mencapai 6.76 meter dibawah permukaan air laut, tentunya Kota Rotterdam (seharusnya) tenggelam. Tetapi dengan biaya yang mencapai 1,400 juta dolar kita pastinya akan bertanya-tanya kenapa tidak pemerintah kota (membiarkan) kota Rotterdam tenggelam?

Ini tentunya karena pertimbangan ekonomi yang membuat pemerintah tetap mempertahankan Rotterdam. Rotterdam dikenal sebagai salah satu pelabuhan terbesar dan tersibuk di Eropa dan Dunia. Berikut ini adalah gambar Pelabuhan Rotterdam (Rotterdam Port) yang penulis abadikan ketika menghadiri pameran 100 Places to Remember before Disappear di Nyhavn, Denmark disela-sela acara COP15 Copenhagen sebagai bagian dari International Youth Climate Climate (IYCM) Delegation.

Rotterdam Port
Pada tahun 2003, Singapura dan tahun 2005 Sanghai merebut posisi sebagai pelabuhan tersibuk di dunia. Rotterdam, kota yang (seharusnya) tenggelam. Hari ini Rotterdam secara ekonomi merupakan kota pelabuhan terbesar di Eropa dari tahun 1962 dan salah satu yang tersibuk di dunia [5].

Sumber Data dan Gambar:
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Rotterdam
[2] http://www.rotterdam.nl/ dan http://www.amsterdam.nl/
[3] http://www.verenigingmaartentromp.nl/nieuws/maeslant/voorj06.htm
[4] http://www.bloggang.com/viewdiary.php?id=moonfleet&month=01-2009&date=03&group=34&gblog=4
[5] http://www.portofrotterdam.com/en/home/

* Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FE UNPAD dan sedang mendalami isu Climate Change (Perubahan Iklim).

5 comments:

  1. kalau saja Indonesia bisa seperti Beland, pastilah masalah banjir di negeri ini akan terselesaikan...

    oya kunjung dan komen balik di http://robita-bercerita.blogspot.com/2010/04/kisah-sepeda-ontel-dan-1001-pintu_23.html

    i'll wait...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terlalu byk kepentingan politik di sini ...susah di benerin jgn kan banjir..ini beras aja make beras impor

      Delete
  2. negeri dibawah permukaan air laut, Belanda memang TOP. Mereka berpikir keras agar bisa bertahan. Yah, Belanda bisa dikatakan sebagai pelopor dalam inovasi.
    aku juga buat artikel buat kompetiblog, coba komen dan cek juga....thanks...
    http://andikahendramustaqim.blogspot.com/2010/04/inovasi-belanda-tak-terpisahkan-dari.html
    http://andikahendramustaqim.blogspot.com/2010/04/belajar-inovasi-dari-di-belanda.html

    ReplyDelete
  3. tidak ada salahnya meniru belanda dalam mengatsi banjir,,,

    ReplyDelete
  4. Semoga bisa selalu menjadi panduan kebaikan bagi kita semua :) bagus banget buat mengatasi banjir di jakarta nih. Berani Hijrah Semoga saja suatu hari.. Aamiin.

    ReplyDelete