Yesterday I was interviewed by Lydia Okva Anjelia (PR Team Padjadjaran University) about Forest Friends Competition. Here's the link and also I attach some picture for the article in Padjadjaran University site titled "Ayo Dukung Yangki Imade Tanam 100 Ribu Pohon" (Let's Support Yangki Imade to Plant 100 Thousand Trees".
You can help plant 100,000 trees by become our fans in our team-blog http://www.wwf-jugend.de/community/channel.php?channel_id=3 and also through Facebook in http://apps.facebook.com/wwfforestfriends/forestfriends/show/3?_fb_fromhash=32247747a3198f62fd53b63ef7bb6572
Interviewed by Unpad PR Team about Forest Friends
Article +
Environment +
Forest Friend
Yangki Imade Suara*
Tulisan ini adalah bagian dari tulisan untuk kompetisi blog Kompetiblog Studi di Belanda 2010 yang diadakan oleh Nuffic Neso Indonesia dengan tema “Dutch innovation, in my opinion”.
Berbicara tentang Belanda, kita tidak akan pernah melupakan inovasi-inovasi unik yang kemudian menjadi simbol dari berbagai seni dan arsitektur dunia. Beberapa tulisan sebelumnya di kategori Peserta Kompetiblog Studi di Belanda 2010 memfokuskan tulisan di bidang arsitektur dan juga bidang yang berhubungan dengan lingkungan khususnya tentang air.
Di tulisan ini, penulis akan membahas tentang inovasi yang dilakukan oleh sebuah kota yang bernama Rotterdam.
Rotterdam adalah kota yang terletak di bagian barat Belanda dan termasuk ke dalam provinsi Zuid Holland [1]. Rotterdam termasuk kota kedua terbesar di Belanda setelah Amsterdam dimana berdasarkan data penduduk tahun 2008, Rotterdam memiliki penduduk sebanyak 589,615 orang sedangkan Amsterdam memiliki penduduk sebanyak 762,057 orang [2].
Wilayah negara Belanda, 55% nya berada di bawah permukaan laut. Titik terendah di Belanda terletak di sebelah timur pusat Kota Rotterdam dimana mencapai sekitar 7cm di bawah laut dan daerah dataran rendah itu dilindungi oleh tanggul untuk menghadang naiknya air ke dalamnya. Hal ini membuat Kota Rotterdam sangat sensitif terhadap badai, banjir dan kenaikan air laut.
Untuk melindungi kota dari kenaikan permukaan air laut dan banjir, pada akhir tahun 1990-an pemerintah kota membangun Maeslantkering, yaitunya dua gerbang besar yang bisa dibuka tutup dengan total panjangnya 600 meter dan ukurannya sebesar Menara Eifel. Ini merupakan salah satu rekor sturuktur bergerak terbesar di Bumi. Berikut gambar bergeraknya yang menggambarkan proses buka tutup Maeslantkering.

Maeslantkering Design [3]
Setelah selesai dibangun, gambar berikut ini menggambarkan bagaimana Maeslantkering ketika sedang dibuka dan ketika sedang ditutup.

Maeslantkering terbuka [4]

Maelantkering tertutup [4]
Dengan biaya pembangunan mencapai US$ 700 juta untuk satu bagiannya, atau totalnya mencapai US$ 1,400 juta dan seperti yang ditulis di atas, bahwa besarnya mencapai sebesar Menara Eifel. Berikut gambar rangkanya.

Rangka [4]

Setara dengan Menara Eifel [4]

Bandingkan tinggi para pekerjanya dengan tinggi rangkanya [4]
Maeslantkering akan menutup secara otomatis ketika tingkat air diperkirakan naik sekitar tiga meter di atas normal. Berdasarkan perkiraan dan deteksi para ahli air Belanda, ini akan terjadi setiap 10 tahun sekali dan setelah tahun 2050 akan terjadi setiap lima tahun sekali.
Berikut videonya di Youtube:
Untuk pertama kalinya semenjak dibangun, Maeslantkering resmi ditutup untuk pertama kalinya di bulan November 2007 ketika terjadi banjir yang secara otomatis membuat Maeslantkering menutup kota Rotterdam dari ancaman banjir.
Dengan titik terendah mencapai 6.76 meter dibawah permukaan air laut, tentunya Kota Rotterdam (seharusnya) tenggelam. Tetapi dengan biaya yang mencapai 1,400 juta dolar kita pastinya akan bertanya-tanya kenapa tidak pemerintah kota (membiarkan) kota Rotterdam tenggelam?
Ini tentunya karena pertimbangan ekonomi yang membuat pemerintah tetap mempertahankan Rotterdam. Rotterdam dikenal sebagai salah satu pelabuhan terbesar dan tersibuk di Eropa dan Dunia. Berikut ini adalah gambar Pelabuhan Rotterdam (Rotterdam Port) yang penulis abadikan ketika menghadiri pameran 100 Places to Remember before Disappear di Nyhavn, Denmark disela-sela acara COP15 Copenhagen sebagai bagian dari International Youth Climate Climate (IYCM) Delegation.

Rotterdam Port
Pada tahun 2003, Singapura dan tahun 2005 Sanghai merebut posisi sebagai pelabuhan tersibuk di dunia. Rotterdam, kota yang (seharusnya) tenggelam. Hari ini Rotterdam secara ekonomi merupakan kota pelabuhan terbesar di Eropa dari tahun 1962 dan salah satu yang tersibuk di dunia [5].
Sumber Data dan Gambar:
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Rotterdam
[2] http://www.rotterdam.nl/ dan http://www.amsterdam.nl/
[3] http://www.verenigingmaartentromp.nl/nieuws/maeslant/voorj06.htm
[4] http://www.bloggang.com/viewdiary.php?id=moonfleet&month=01-2009&date=03&group=34&gblog=4
[5] http://www.portofrotterdam.com/en/home/
* Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FE UNPAD dan sedang mendalami isu Climate Change (Perubahan Iklim).
Rotterdam, Kota yang (Seharusnya) Tenggelam
Article +
kompetiblog +
studi di belanda
Tulisan ini adalah bagian dari tulisan untuk kompetisi blog Kompetiblog Studi di Belanda 2010 yang diadakan oleh Nuffic Neso Indonesia dengan tema “Dutch innovation, in my opinion”.
Berbicara tentang Belanda, kita tidak akan pernah melupakan inovasi-inovasi unik yang kemudian menjadi simbol dari berbagai seni dan arsitektur dunia. Beberapa tulisan sebelumnya di kategori Peserta Kompetiblog Studi di Belanda 2010 memfokuskan tulisan di bidang arsitektur dan juga bidang yang berhubungan dengan lingkungan khususnya tentang air.
Di tulisan ini, penulis akan membahas tentang inovasi yang dilakukan oleh sebuah kota yang bernama Rotterdam.
Rotterdam adalah kota yang terletak di bagian barat Belanda dan termasuk ke dalam provinsi Zuid Holland [1]. Rotterdam termasuk kota kedua terbesar di Belanda setelah Amsterdam dimana berdasarkan data penduduk tahun 2008, Rotterdam memiliki penduduk sebanyak 589,615 orang sedangkan Amsterdam memiliki penduduk sebanyak 762,057 orang [2].
Wilayah negara Belanda, 55% nya berada di bawah permukaan laut. Titik terendah di Belanda terletak di sebelah timur pusat Kota Rotterdam dimana mencapai sekitar 7cm di bawah laut dan daerah dataran rendah itu dilindungi oleh tanggul untuk menghadang naiknya air ke dalamnya. Hal ini membuat Kota Rotterdam sangat sensitif terhadap badai, banjir dan kenaikan air laut.
Untuk melindungi kota dari kenaikan permukaan air laut dan banjir, pada akhir tahun 1990-an pemerintah kota membangun Maeslantkering, yaitunya dua gerbang besar yang bisa dibuka tutup dengan total panjangnya 600 meter dan ukurannya sebesar Menara Eifel. Ini merupakan salah satu rekor sturuktur bergerak terbesar di Bumi. Berikut gambar bergeraknya yang menggambarkan proses buka tutup Maeslantkering.
![]() |
Maeslantkering Design [3] |
![]() |
Maeslantkering terbuka [4] |
![]() |
Maelantkering tertutup [4] |
![]() |
Rangka [4] |
![]() |
Setara dengan Menara Eifel [4] |
![]() |
Bandingkan tinggi para pekerjanya dengan tinggi rangkanya [4] |
Berikut videonya di Youtube:
Untuk pertama kalinya semenjak dibangun, Maeslantkering resmi ditutup untuk pertama kalinya di bulan November 2007 ketika terjadi banjir yang secara otomatis membuat Maeslantkering menutup kota Rotterdam dari ancaman banjir.
Dengan titik terendah mencapai 6.76 meter dibawah permukaan air laut, tentunya Kota Rotterdam (seharusnya) tenggelam. Tetapi dengan biaya yang mencapai 1,400 juta dolar kita pastinya akan bertanya-tanya kenapa tidak pemerintah kota (membiarkan) kota Rotterdam tenggelam?
Ini tentunya karena pertimbangan ekonomi yang membuat pemerintah tetap mempertahankan Rotterdam. Rotterdam dikenal sebagai salah satu pelabuhan terbesar dan tersibuk di Eropa dan Dunia. Berikut ini adalah gambar Pelabuhan Rotterdam (Rotterdam Port) yang penulis abadikan ketika menghadiri pameran 100 Places to Remember before Disappear di Nyhavn, Denmark disela-sela acara COP15 Copenhagen sebagai bagian dari International Youth Climate Climate (IYCM) Delegation.
Rotterdam Port |
Sumber Data dan Gambar:
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Rotterdam
[2] http://www.rotterdam.nl/ dan http://www.amsterdam.nl/
[3] http://www.verenigingmaartentromp.nl/nieuws/maeslant/voorj06.htm
[4] http://www.bloggang.com/viewdiary.php?id=moonfleet&month=01-2009&date=03&group=34&gblog=4
[5] http://www.portofrotterdam.com/en/home/
* Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FE UNPAD dan sedang mendalami isu Climate Change (Perubahan Iklim).
Yangki Imade Suara*
Tulisan ini adalah bagian dari tulisan untuk kompetisi blog Kompetiblog Studi di Belanda 2010 yang diadakan oleh Nuffic Neso Indonesia dengan tema “Dutch innovation, in my opinion”.
Berbicara tentang Bandung, kita akan mengingat bahwa Bandung adalah salah satu ibukota dari provinsi yang tidak berada di dekat pantai. Bandung yang merupakan ibukota Jawa Barat memang terletak di daerah pegunungan (dataran tinggi).
Bandung secara sejarah menyimpan banyak memori akan perjuangan Indonesia. Sukarno, presiden pertama Indonesia merupakan lulusan dari Technische Hoogeschool, sekarang Institut Teknologi Bandung, berdasarkan catatan sejarah, Bandung juga menjadi ajang pertempuran di masa perang kemerdekaan, dan satu hal yang pasti menjadi tempat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955.
Berdasarkan data dari City Population, Bandung memiliki penduduk terbesar ketiga di kota-kota besar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya.[1] Dengan populasi sebanyak 2.3 juta penduduk maka muncullah beragam masalah yang memang menjadi tantangan bagi pemerintah kota yang dipimpin oleh Bapak Dada Rosada.
Satu masalah yang sekarang ini sedang melanda Bandung adalah bencana banjir terutama daerah Bandung Selatan. Bukankah ini merupakan suatu hal yang harus kita pertanyakan karena secara geografis, Bandung terletak di daerah dataran tinggi. Jika merunut kepada satu iklan yang dulu sempat gencar di televisi, maka saya mencoba untuk mengganti kata-katanya menjadi "Kalau Bandung kebanjiran, berarti Jakarta tenggelam?".
Ada hal yang salah dengan tata ruang kota yang bisa mengakibatkan terjadinya banjir di dataran tinggi.
Sekarang kita kembali melakukan kajian ulang mengenai bencana ini. Pada suatu kesempatan, penulis pernah melakukan tanya jawab dengan beberapa penduduk kota Bandung, beberapa dosen dan juga teman-teman mahasiswa tentang perbandingan kondisi Bandung dahulu dan sekarang.
Tulisan ini akan coba memfokuskan pembahasan di Bandung Utara khususunya Dago. Berdasarkan tata ruang kota, Bandung Utara pada zaman Belanda dahulunya merupakan tempat untuk bermukimnya para perwira-perwira dan pejabat pemerintahan. Berikut ini merupakan denah dari kawasan Dago dimana kita bisa melihat begitu bagusnya rencana pembangunan kawasan ini.

Gambar Tata Ruang Dago [2] Anisavitri
Satu hal yang selalu akan kita ingat ketika kita berada di Dago adalah banyaknya pohon-pohon besar yang masih kokoh di tepi jalan di hampir semua pelosok Dago. Salah satu dosen FE UNPAD, Pak Kurniawan mengatakan dalam wawancara yang penulis lakukan bahwa dahulu ketika beliau masih menjadi mahasiswa, setiap pagi rasanya "wajib" memakai jaket karena dinginnya hari. Sedangkan sekarang ini, Bandung termasuk kota dengan kenaikan suhu yang lumayan tinggi sehingga hampir setiap hari selalu panas.

Dago dahulu kala [3] Anisavitri
Sedangkan teman-teman mahasiswa lainnya pernah mengatakan bahwa dahulunya Dago dipenuhi oleh pohon-pohon yang sampai saat ini pun masih ada. Ini adalah satu hal yang menarik untuk kita pelajari karena pohon-pohon tersebut ditanam ketika Belanda masih berada di Indonesia dan itu memiliki dampak jangka panjang (long term effect). Konsep pembangunan yang berkesinambungan dan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek lingkungan dan alam adalah suatu kewajiban dalam setiap langkah pembangunan yang dilakukan oleh Belanda.
Mungkin kita sudah bosan mendengar bencana banjir yang terus melanda hampir pelosok nusantara, begitu juga dengan Bandung. Dalam 2 minggu kemaren, Kompas edisi Jawa Barat selalu memberitakan banjir yang melanda pelosok Jawa Barat dan Bandung bagian selatan. Dalam satu tulisan di Kompas, ditulis bahwa "Pembangunan di Bandung utara, membawa dampak negatif terhadap daerah di Bandung selatan". Hal ini karena tidak adanya konsep pembangunan yang ramah lingkungan serta konsep tata ruang kota yang boleh dikatakan tidak tertata dengan rapi sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada di Bandung.
Bandung utara yang dahulunya tempat bermukim sekarang menjadi kawasan kuliner dan tempat belanja. Dimana hal ini mengorbankan salah satu warisan yang begitu berharga bagi lingkungan yaitunya ditebangnya pohon-pohon besar yang selama ini menjadi penyambung nyawa bagi kehidupan masyarakat kota. Berikut ini gambar yang memperlihatkan Dago yang diambil dari jembatan penyeberangan di depan SMA 1 Bandung. Memang masih ada pohon-pohon tetapi ini lebih sedikit dibandingkan dengan 5 tahun sebelumnya.

Dago saat ini [4] Flickr
Dalam proses pembangunan, konsep keberlangsungan harus kita utamakan karena alam dengan tidak kita sadari membutuhkan watu yang lama untuk kembali menjadi seperti dulu. Alam membutuhkan tanggung jawab kita sebagai masyarakat untuk terus menjaga keberlangsungan. Pada akhirnya, kita seharusnya bangga karena dahulu bangsa ini berhasil memikirkan dan melakukan sesuatu untuk jangka panjang. Sekarang saatnya kita untuk berbenah dan kemudian melanjutkan pembangunan dengan tetap berpegang pada konsep pembangunan yang berkesinambungan dan berkelanjutan (sustainable & sustainability development).
Sumber:
[1] http://www.citypopulation.de/Indonesia-MU.html
[2] http://anisavitri.files.wordpress.com/2009/07/dagosuci.jpg
[3] http://anisavitri.files.wordpress.com/2009/07/bandung-dago-thee-huis.jpg
[4] http://www.flickr.com/photos/ikhlasulamal/1425744486/
* Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FE UNPAD dan sedang mendalami Ekonomi Lingkungan.
Pohon-Pohon Besar Itu Mengajarkan Kami Makna Pembangunan
Article +
kompetiblog +
studi di belanda
Tulisan ini adalah bagian dari tulisan untuk kompetisi blog Kompetiblog Studi di Belanda 2010 yang diadakan oleh Nuffic Neso Indonesia dengan tema “Dutch innovation, in my opinion”.
Berbicara tentang Bandung, kita akan mengingat bahwa Bandung adalah salah satu ibukota dari provinsi yang tidak berada di dekat pantai. Bandung yang merupakan ibukota Jawa Barat memang terletak di daerah pegunungan (dataran tinggi).
Bandung secara sejarah menyimpan banyak memori akan perjuangan Indonesia. Sukarno, presiden pertama Indonesia merupakan lulusan dari Technische Hoogeschool, sekarang Institut Teknologi Bandung, berdasarkan catatan sejarah, Bandung juga menjadi ajang pertempuran di masa perang kemerdekaan, dan satu hal yang pasti menjadi tempat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955.
Berdasarkan data dari City Population, Bandung memiliki penduduk terbesar ketiga di kota-kota besar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya.[1] Dengan populasi sebanyak 2.3 juta penduduk maka muncullah beragam masalah yang memang menjadi tantangan bagi pemerintah kota yang dipimpin oleh Bapak Dada Rosada.
Satu masalah yang sekarang ini sedang melanda Bandung adalah bencana banjir terutama daerah Bandung Selatan. Bukankah ini merupakan suatu hal yang harus kita pertanyakan karena secara geografis, Bandung terletak di daerah dataran tinggi. Jika merunut kepada satu iklan yang dulu sempat gencar di televisi, maka saya mencoba untuk mengganti kata-katanya menjadi "Kalau Bandung kebanjiran, berarti Jakarta tenggelam?".
Ada hal yang salah dengan tata ruang kota yang bisa mengakibatkan terjadinya banjir di dataran tinggi.
Sekarang kita kembali melakukan kajian ulang mengenai bencana ini. Pada suatu kesempatan, penulis pernah melakukan tanya jawab dengan beberapa penduduk kota Bandung, beberapa dosen dan juga teman-teman mahasiswa tentang perbandingan kondisi Bandung dahulu dan sekarang.
Tulisan ini akan coba memfokuskan pembahasan di Bandung Utara khususunya Dago. Berdasarkan tata ruang kota, Bandung Utara pada zaman Belanda dahulunya merupakan tempat untuk bermukimnya para perwira-perwira dan pejabat pemerintahan. Berikut ini merupakan denah dari kawasan Dago dimana kita bisa melihat begitu bagusnya rencana pembangunan kawasan ini.
![]() |
Gambar Tata Ruang Dago [2] Anisavitri |
![]() |
Dago dahulu kala [3] Anisavitri |
Mungkin kita sudah bosan mendengar bencana banjir yang terus melanda hampir pelosok nusantara, begitu juga dengan Bandung. Dalam 2 minggu kemaren, Kompas edisi Jawa Barat selalu memberitakan banjir yang melanda pelosok Jawa Barat dan Bandung bagian selatan. Dalam satu tulisan di Kompas, ditulis bahwa "Pembangunan di Bandung utara, membawa dampak negatif terhadap daerah di Bandung selatan". Hal ini karena tidak adanya konsep pembangunan yang ramah lingkungan serta konsep tata ruang kota yang boleh dikatakan tidak tertata dengan rapi sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada di Bandung.
Bandung utara yang dahulunya tempat bermukim sekarang menjadi kawasan kuliner dan tempat belanja. Dimana hal ini mengorbankan salah satu warisan yang begitu berharga bagi lingkungan yaitunya ditebangnya pohon-pohon besar yang selama ini menjadi penyambung nyawa bagi kehidupan masyarakat kota. Berikut ini gambar yang memperlihatkan Dago yang diambil dari jembatan penyeberangan di depan SMA 1 Bandung. Memang masih ada pohon-pohon tetapi ini lebih sedikit dibandingkan dengan 5 tahun sebelumnya.
![]() |
Dago saat ini [4] Flickr |
Sumber:
[1] http://www.citypopulation.de/Indonesia-MU.html
[2] http://anisavitri.files.wordpress.com/2009/07/dagosuci.jpg
[3] http://anisavitri.files.wordpress.com/2009/07/bandung-dago-thee-huis.jpg
[4] http://www.flickr.com/photos/ikhlasulamal/1425744486/
* Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FE UNPAD dan sedang mendalami Ekonomi Lingkungan.
Yangki Imade Suara*
KumKum di sini merupakan sebuah ajang kumpul-kumpul bareng berbagai komunitas. Di sini akan ada komunitas blogger, literasi, hobi, astronomi, pencari dana, peduli anak & peduli lingkungan. Bahkan juga akan ada komunitas pengamen & anak jalanan ikut meramaikan.
Berbagai kegiatan menarik yang bisa memperluas wawasan & khasanah berpikir serta meningkatkan keahlian warga kota akan berbagai hal akan tersedia di sini. Tidak hanya untuk orang dewasa, tapi juga untuk anak-anak, remaja, dan ibu rumah tangga.
Berbeda dengan acara komunitas pada umumnya. KumKum bukan sekedar ajang kumpul-kumpul, dan juga bukan ajang tampil untuk tiap komunitas. KumKum merupakan sebuah upaya untuk merekatkan hubungan antar komunitas lintas ‘genre’. Di sini tiap komunitas bisa saling BERBAGI ide, pemikiran & inisitif untuk kemudian masing-masing dapat BERBUAT hal nyata guna menciptakan sebuah perubahan.
Salah satu tulisan saya tentang lingkungan dengan judul Gang Hijau di Tengah Panasnya Kota mendapatkan apresiasi dari Panitia KumKum Blog Contest dan menjadi kandidat untuk posting terfavorit dengan ide yang termudah untuk diterapkan sehari-hari.
Berikut ini list para peserta kompetisi blog KumKum http://kumkum.dagdigdug.com/2010/03/03/daftar-peserta-kompetisi-blog/
(Berdasarkan urutan di list posting blog terdaftar yang tercantum di blog KumKum)
- - Perjalanan si Nday: Earth Hour at Home
- - Sahabat Bumi: Galong
- - Sahabat Bumi: Nyuci Piring Yuuk
- - Sahabat Bumi: Greenie, si Keranjang Takakura
- - Semmy: Bahaya Kantong Kresek
- - Yangki Imade's Official Blog: Gang Hijau di Tengah Panasnya Kota Jakarta
- - Blog Asepsaiba: Hadiah Kecil untuk Bumi
- - Hanya Sekedar Catatan: Anil, Jus dan Sedotan
- - Catatan si Nandang: Pandalisme, Vandalisme dan Sampah Plastik
- - I don't drink Coffee but Cappucino: Kantong Kresek? Lewat aja dah
Untuk polling, silahkan berkunjung ke blog Kumkum http://kumkum.dagdigdug.com/2010/04/09/polling/ dan kemudian pilih Yangki Imade's Official Blog: Gang Hijau di Tengah Panasnya Kota Jakarta sebagai postingan terfavorit Anda.
Batas polling adalah hari Kamis, 15 April 2010, pukul 23.59 WIB.
*Mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas Padjadjaran yang belajar menulis tentang lingkungan
Dukung Artikel Gang Hijau di Tengah Panasnya Kota sebagai Posting Favorit di KumKum Blog Competition
"KumKum 17-18 April 2010" +
Article
Berbagai kegiatan menarik yang bisa memperluas wawasan & khasanah berpikir serta meningkatkan keahlian warga kota akan berbagai hal akan tersedia di sini. Tidak hanya untuk orang dewasa, tapi juga untuk anak-anak, remaja, dan ibu rumah tangga.
Berbeda dengan acara komunitas pada umumnya. KumKum bukan sekedar ajang kumpul-kumpul, dan juga bukan ajang tampil untuk tiap komunitas. KumKum merupakan sebuah upaya untuk merekatkan hubungan antar komunitas lintas ‘genre’. Di sini tiap komunitas bisa saling BERBAGI ide, pemikiran & inisitif untuk kemudian masing-masing dapat BERBUAT hal nyata guna menciptakan sebuah perubahan.
Salah satu tulisan saya tentang lingkungan dengan judul Gang Hijau di Tengah Panasnya Kota mendapatkan apresiasi dari Panitia KumKum Blog Contest dan menjadi kandidat untuk posting terfavorit dengan ide yang termudah untuk diterapkan sehari-hari.
Berikut ini list para peserta kompetisi blog KumKum http://kumkum.dagdigdug.com/2010/03/03/daftar-peserta-kompetisi-blog/
(Berdasarkan urutan di list posting blog terdaftar yang tercantum di blog KumKum)
- - Perjalanan si Nday: Earth Hour at Home
- - Sahabat Bumi: Galong
- - Sahabat Bumi: Nyuci Piring Yuuk
- - Sahabat Bumi: Greenie, si Keranjang Takakura
- - Semmy: Bahaya Kantong Kresek
- - Yangki Imade's Official Blog: Gang Hijau di Tengah Panasnya Kota Jakarta
- - Blog Asepsaiba: Hadiah Kecil untuk Bumi
- - Hanya Sekedar Catatan: Anil, Jus dan Sedotan
- - Catatan si Nandang: Pandalisme, Vandalisme dan Sampah Plastik
- - I don't drink Coffee but Cappucino: Kantong Kresek? Lewat aja dah
Batas polling adalah hari Kamis, 15 April 2010, pukul 23.59 WIB.
*Mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas Padjadjaran yang belajar menulis tentang lingkungan

Ini adalah bagian dari tulisan tentang "Go Green" yang saya tulis juga di Kandank Ilmu.
Go Green seperti yang kita dengar dewasa ini seolah-olah telah menjadi jargon wajib dari setiap perusahaan dan organisasi yang berada di jalur peduli lingkungan. Suhu yang semakin memanas serta polusi membuat kita merasa gerah dengan rutinitas harian yang begitu membuat stress pikiran. Di tengah maraknya penerapan kata-kata Go Green khususnya mengenai lingkungan hidup menjadikan konsep itu sendiri menjadi salah satu strategi komunikasi banyak perusahaan, kita bisa melihat begitu banyak iklan dengan kata-kata Go Green yang dilancarkan oleh berbagai perusahaan. Kita berharapnya itu bukan hanya jargon semata demi meningkatkan pangsa pasar semata, kita berharap semakin banyak pula masyarakat yang memiliki kesadaran akan lingkungan.
Salah satu yang berhasil menumbuhkan kesadaran akan lingkungan tersebut diwujudkan oleh sekelompok orang di Gang Swadaya, Jl. Dr. Saharjo, Manggarai, Jakarta Selatan. Kandank Ilmu pada waktu lebaran mencoba mengunjungi gang tersebut untuk melihat lebih jauh tentang konsep yang mereka tawarkan.
Begitu pertama kali datang, kami disuguhkan dengan tanaman-tanaman yang begitu hijau. Perjalanan yang membuat keringat bercucuran dibayarkan dengan tanaman-tanaman yang begitu hijau dan pohon yang membuat suhu panas kota Jakarta langsung menghilang begitu masuk ke Gang Swadaya. Setiap sudut Gang Swadaya yang hijau sejuk di pandang mata.
Pada kesempatan tersebut, kami juga berhasil mewawancarai Pak Ibnu sebagai salah satu orang yang memulai langkah menghijaukan Gang Swadaya tersebut. Menurut Pak Ibnu, Go Green yang dewasa ini menjadi jargon bagi mereka telah dibuktikan terlebih dahulu. Cuap-cuap perusahaan serta pemerintah daerah lebih baik dibuktikan dengan langkah nyata menghijaukan bagian terkecil dari sebuah kota yaitunya tempat tinggal. Awalnya menanam pohon dan tumbuhan hijau ini dimulai oleh 5 orang kemudian berkembang menjadi satu area di Gang Swadaya tersebut.
Kesulitan pertama menurut Pak Ibnu adalah susahnya mengajak para tetangga untuk berpartisipasi, tetapi lama kelamaan mereka menyadari bahwa kita harus melakukan sesuatu untuk mengurangi panasnya kota Jakarta yang semakin hari semakin disesaki oleh pengunjung yang berasal dari seantaro Indonesia.
Kesulitan lainnya adalah susahnya mencari tempat menanam pohon dan tumbuhan, akhirnya tumbuhan di tanam dalam pot bekas cat dan sebagainya. Pada akhirnya, menanam pohon dan tumbuhan menjadi suatu kewajiban bagi setiap rumah tanpa ada rasa terpaksa.
Berikut gambar-gambar yang berhasil Kandank Ilmu abadikan.
Klik link berikut ini untuk melihat lebih banyak lagi gambar
Yangki Imade Suara
Gang Hijau di Tengah Panasnya Kota Jakarta : KumKum, 17-18 April 2010
"KumKum 17-18 April 2010" +
Article +
Environment

Ini adalah bagian dari tulisan tentang "Go Green" yang saya tulis juga di Kandank Ilmu.
Go Green seperti yang kita dengar dewasa ini seolah-olah telah menjadi jargon wajib dari setiap perusahaan dan organisasi yang berada di jalur peduli lingkungan. Suhu yang semakin memanas serta polusi membuat kita merasa gerah dengan rutinitas harian yang begitu membuat stress pikiran. Di tengah maraknya penerapan kata-kata Go Green khususnya mengenai lingkungan hidup menjadikan konsep itu sendiri menjadi salah satu strategi komunikasi banyak perusahaan, kita bisa melihat begitu banyak iklan dengan kata-kata Go Green yang dilancarkan oleh berbagai perusahaan. Kita berharapnya itu bukan hanya jargon semata demi meningkatkan pangsa pasar semata, kita berharap semakin banyak pula masyarakat yang memiliki kesadaran akan lingkungan.
Salah satu yang berhasil menumbuhkan kesadaran akan lingkungan tersebut diwujudkan oleh sekelompok orang di Gang Swadaya, Jl. Dr. Saharjo, Manggarai, Jakarta Selatan. Kandank Ilmu pada waktu lebaran mencoba mengunjungi gang tersebut untuk melihat lebih jauh tentang konsep yang mereka tawarkan.
Begitu pertama kali datang, kami disuguhkan dengan tanaman-tanaman yang begitu hijau. Perjalanan yang membuat keringat bercucuran dibayarkan dengan tanaman-tanaman yang begitu hijau dan pohon yang membuat suhu panas kota Jakarta langsung menghilang begitu masuk ke Gang Swadaya. Setiap sudut Gang Swadaya yang hijau sejuk di pandang mata.
Pada kesempatan tersebut, kami juga berhasil mewawancarai Pak Ibnu sebagai salah satu orang yang memulai langkah menghijaukan Gang Swadaya tersebut. Menurut Pak Ibnu, Go Green yang dewasa ini menjadi jargon bagi mereka telah dibuktikan terlebih dahulu. Cuap-cuap perusahaan serta pemerintah daerah lebih baik dibuktikan dengan langkah nyata menghijaukan bagian terkecil dari sebuah kota yaitunya tempat tinggal. Awalnya menanam pohon dan tumbuhan hijau ini dimulai oleh 5 orang kemudian berkembang menjadi satu area di Gang Swadaya tersebut.
Kesulitan pertama menurut Pak Ibnu adalah susahnya mengajak para tetangga untuk berpartisipasi, tetapi lama kelamaan mereka menyadari bahwa kita harus melakukan sesuatu untuk mengurangi panasnya kota Jakarta yang semakin hari semakin disesaki oleh pengunjung yang berasal dari seantaro Indonesia.
Kesulitan lainnya adalah susahnya mencari tempat menanam pohon dan tumbuhan, akhirnya tumbuhan di tanam dalam pot bekas cat dan sebagainya. Pada akhirnya, menanam pohon dan tumbuhan menjadi suatu kewajiban bagi setiap rumah tanpa ada rasa terpaksa.
Berikut gambar-gambar yang berhasil Kandank Ilmu abadikan.
Tulisan ini saya angkat berdasarkan film baru yang berjudul My Name Is Khan.
Film ini juga berhasil meraih berbagai penghargaan di UK dan juga New Zealand.
Film dimulai saat seorang anak, Rizwan Khan (Tanay Chheda), seorang muslim yang mengidap sindrom Asperger, hidup bersama ibunya (Zarina Wahab) di wilayah Borivali di Mumbai. Saat ia dewasa (Shahrukh Khan), Rizwan pindah ke San Fransisko dan hidup bersama adik dan iparnya. Selama disana, ia jatuh cinta kepada Mandira (Kajol). Mereka menikah dan memulai usaha
Setelah peristiwa 9/11, Rizwan dan Mandira mulai menghadapi beberapa kesulitan. Dimulai dari sebuah tragedi, mereka berpisah. Mandira bahkan berujar "I should never have married a Muslim man". Ingin kembali memenangkan hati istrinya, Rizwan melewati sejumlah petualangan diberbagai negara bagian di Amerika.
Hingga pada akhirnya Rizwan mendapatkan apa yang dia inginkan dan dia mengatakan "My name is Khan, and I'm not a terrorist"
Dari film ini, saya dapat memberikan gambaran bahwa hidup tidaklah selalu sama dengan apa yang kita harapkan. Tetapi kita harus dapat melakukan penyesuaian (adjustment) dengan keadaan yang terjadi. Segala macam kejadian merupakan bumbu-bumbu dari kehidupan yang akan menambah cita rasa dari perjalanan hidup ini.
More Info : Official WebsiteWatch on Youtube
We Are Stronger than Our Fears
Article +
Film

Film dimulai saat seorang anak, Rizwan Khan (Tanay Chheda), seorang muslim yang mengidap sindrom Asperger, hidup bersama ibunya (Zarina Wahab) di wilayah Borivali di Mumbai. Saat ia dewasa (Shahrukh Khan), Rizwan pindah ke San Fransisko dan hidup bersama adik dan iparnya. Selama disana, ia jatuh cinta kepada Mandira (Kajol). Mereka menikah dan memulai usaha
Setelah peristiwa 9/11, Rizwan dan Mandira mulai menghadapi beberapa kesulitan. Dimulai dari sebuah tragedi, mereka berpisah. Mandira bahkan berujar "I should never have married a Muslim man". Ingin kembali memenangkan hati istrinya, Rizwan melewati sejumlah petualangan diberbagai negara bagian di Amerika.
Judul : Pembelajaran Berbasis Internet
Link : http://www.creativesolutionsaward.com/ideaview.php?id=411
Cuplikan :
Dewasa ini perkembangan internet begitu wah, internet seperti sudah menjadi hobi baru bagi sebagian besar masyarakat.
Hal ini tidak terkecuali di dunia kampus, kalau kita belajar dari negara-negara di Eropa dan Amerika, mayoritas kampus tersebut sudah mempunyai akses internet yang sangat bagus dan akan memudahkan bagi para mahasiswa dan dosen.
Jangan lupa untuk memberikan komentar. Anda harus log in terlebih dahulu.
`
One of my article on Lintasarta Creative Solutions Award
Article +
Lintasarta CSA

Link : http://www.creativesolutionsaward.com/ideaview.php?id=411
Cuplikan :
Dewasa ini perkembangan internet begitu wah, internet seperti sudah menjadi hobi baru bagi sebagian besar masyarakat.
Hal ini tidak terkecuali di dunia kampus, kalau kita belajar dari negara-negara di Eropa dan Amerika, mayoritas kampus tersebut sudah mempunyai akses internet yang sangat bagus dan akan memudahkan bagi para mahasiswa dan dosen.
Jangan lupa untuk memberikan komentar. Anda harus log in terlebih dahulu.
`
Artikel berjudul INOVASI MEMBUAT KITA TETAP HIDUP dapat anda baca di situs Indonesian Youth Conference. Melalui link berikut ini http://indonesianyouthconference.org/blog/177/inovasi-membuat-kita-terus-hidup/
Berikut kutipannya;
Inovasi merupakan salah satu kunci pengembangan zaman dewasa ini. Inovasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan membawa mereka menjadi perusahaan yang sangat maju. Inovasi yang dilakukan oleh para pemimpin negara membawa negara tersebut maju dan diperhitungkan di dunia. Bagaimana dengan generasi muda Indonesia?
Inovasi merupakan suatu keharusan, contohnya ketika Jakarta diluluhlantakkan oleh bom JW. Marriot and Ritz Carlton. Suatu gerakan generasi muda Indonesia yang bernama #indonesiaunite berusaha menyatukan kembali ketakutan serta berupaya melakukan promosi serta perbaikan nama baik indonesia di mata dunia. Gerakan lain di lingkungan seperti pendirian ECO Indonesia yang digagas oleh kaum muda dimana generasi muda indonesia turut aktif mengembangkan dan meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan hidup.
Tentang Indonesian Youth Conference
Apa? Konferensi Remaja Indonesia akan mengundang remaja Indonesia berusia 15-19 (siswa-siswi SMA/sederajat) dari seluruh Indonesia ke Jakarta. Dalam kurun waktu satu minggu, Konferensi Remaja Indonesia akan menjadi wadah bagi mereka untuk bertukar aspirasi, ide dan budaya. Mereka diharuskan untuk berbagi mengenai masalah di provinsi masing-masing, dan mencari solusi bersama-sama. Konferensi Remaja Indonesia juga akan memberikan pelatihan bagi peserta agar mereka bisa tahu lebih banyak tentang kepemimpinan, kerjasama, memperluas jaringan, media dan bagaimana caranya mengumpulkan dana – apapun yang mereka butuhkan untuk menuntaskan masalah yang terjadi di provinsi masing-masing. Di akhir minggu, seluruh peserta harus menyimpulkan sebuah deklarasi, yang akan menjadi tolak ukur bagi pemuda-pemudi Indonesia untuk “melakukan sesuatu”. Mereka juga akan merencanakan proyek sebagai bagian dari Proyek Remaja Indonesia (Indonesian Youth Projects/IYPs) dan mempresentasikan ide mereka di depan panitia dan peserta lainnya.
Mengapa?
Berdasarkan sensus pada tahun 2005, ada 40,2 juta penduduk Indonesia yang berusia 15 sampai 24 tahun, setara dengan dua kali populasi Australia atau sepuluh kali jumlah penduduk Singapura. Mengacuhkan suara empatpuluh juta orang tentu saja tidak adil. Suara anak muda harus didengar. Sebab, ada banyak remaja dengan pemikiran brilian, tersebar di penjuru nusantara, yang dapat mengedepankan perspektif segar dan solusi yang bisa saja berguna dalam menghadapi masalah-masalah nasional di abad 21.
Konferensi Remaja Indonesia bertujuan untuk menyediakan sebuah wadah bagi pemuda-pemudi Indonesia yang hebat ini, untuk berbagi aspirasi dan ide. Konferensi Remaja Indonesia memberikan kesempatan bagi suara mereka untuk didengar.
Kapan dan Di mana?
Konferensi Remaja Indonesia yang pertama akan diselenggarakan pada awal Juli 2010 di Jakarta.
Visit http://indonesianyouthconference.org/
`
My Article in Indonesian Youth Conference Website
Article

Berikut kutipannya;
Inovasi merupakan salah satu kunci pengembangan zaman dewasa ini. Inovasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan membawa mereka menjadi perusahaan yang sangat maju. Inovasi yang dilakukan oleh para pemimpin negara membawa negara tersebut maju dan diperhitungkan di dunia. Bagaimana dengan generasi muda Indonesia?
Inovasi merupakan suatu keharusan, contohnya ketika Jakarta diluluhlantakkan oleh bom JW. Marriot and Ritz Carlton. Suatu gerakan generasi muda Indonesia yang bernama #indonesiaunite berusaha menyatukan kembali ketakutan serta berupaya melakukan promosi serta perbaikan nama baik indonesia di mata dunia. Gerakan lain di lingkungan seperti pendirian ECO Indonesia yang digagas oleh kaum muda dimana generasi muda indonesia turut aktif mengembangkan dan meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan hidup.
Tentang Indonesian Youth Conference
Apa?Konferensi Remaja Indonesia akan mengundang remaja Indonesia berusia 15-19 (siswa-siswi SMA/sederajat) dari seluruh Indonesia ke Jakarta. Dalam kurun waktu satu minggu, Konferensi Remaja Indonesia akan menjadi wadah bagi mereka untuk bertukar aspirasi, ide dan budaya. Mereka diharuskan untuk berbagi mengenai masalah di provinsi masing-masing, dan mencari solusi bersama-sama. Konferensi Remaja Indonesia juga akan memberikan pelatihan bagi peserta agar mereka bisa tahu lebih banyak tentang kepemimpinan, kerjasama, memperluas jaringan, media dan bagaimana caranya mengumpulkan dana – apapun yang mereka butuhkan untuk menuntaskan masalah yang terjadi di provinsi masing-masing. Di akhir minggu, seluruh peserta harus menyimpulkan sebuah deklarasi, yang akan menjadi tolak ukur bagi pemuda-pemudi Indonesia untuk “melakukan sesuatu”. Mereka juga akan merencanakan proyek sebagai bagian dari Proyek Remaja Indonesia (Indonesian Youth Projects/IYPs) dan mempresentasikan ide mereka di depan panitia dan peserta lainnya.
Mengapa?
Berdasarkan sensus pada tahun 2005, ada 40,2 juta penduduk Indonesia yang berusia 15 sampai 24 tahun, setara dengan dua kali populasi Australia atau sepuluh kali jumlah penduduk Singapura. Mengacuhkan suara empatpuluh juta orang tentu saja tidak adil. Suara anak muda harus didengar. Sebab, ada banyak remaja dengan pemikiran brilian, tersebar di penjuru nusantara, yang dapat mengedepankan perspektif segar dan solusi yang bisa saja berguna dalam menghadapi masalah-masalah nasional di abad 21.
Konferensi Remaja Indonesia bertujuan untuk menyediakan sebuah wadah bagi pemuda-pemudi Indonesia yang hebat ini, untuk berbagi aspirasi dan ide. Konferensi Remaja Indonesia memberikan kesempatan bagi suara mereka untuk didengar.
Kapan dan Di mana?
Konferensi Remaja Indonesia yang pertama akan diselenggarakan pada awal Juli 2010 di Jakarta.
Visit http://indonesianyouthconference.org/
`